embara sudra masih menatap menara
paham rasa koyak hati putri
di tengadah memasrahkan wajah pasi
pada arah yang dia dengar
juga dengan suara pasi
jendela menara menyimpan wajah sang suri
yang bersuara pergi,
menggema. pergi. pergi
di hatinya di terima, pergi.. pergi..
Ia dekap selimut pemberian putri.
tak beranjak hanya berdiri.
musim bergeser sempurna
goresan panjang
membekas pada langkah awan
kain cakrawala yang di batik canthing raksasa
begitu berkuasanya
angin yang menghembus dari hatimu
hingga pisaunya
menancap di setiap sudut horison
hatiku yang memapar lukanya
untunglah hati berkata, :
tak apa, "aku tahu cara menikmatinya"
untuk itulah aku punya cinta.
dan aku percaya
tak ada yang ajaib pada Kuasa Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar